Tombo Tura “Dongeng Sebelum Tidur”

Tombo Tura “Dongeng Sebelum Tidur”

            Secara gramatikal Tombo Tura berarti “Dongeng Sebelum Tidur”. Tombo Tura “Cerita Dongeng” ini pun memiliki beberapa penyebutan di beberapa tempat di Manggarai Raya, Ada yang menyebutnya Tombo Nengon, Tombo Nunduk, Tombo Tura, dan di tempat saya tinggal (Kel. Satar Peot Kec. Borong) para tetua sering menyebutnya dengan sebutan Tombo Tura. Tombo Tura, Tombo Nengon, dan Nunduk memiliki kesamaan maksud dan biasanya dilakukan/diceritakan sebagai Pengantar Tidur untuk Anak-Anak.

            Kebiasaan Tombo Tura merupakan salah satu seni bertutur khas orang Manggarai pada umumnya Dan biasanya ada beragam cerita yang diceritakan seperti, (misalkan saja yang mungkin paling terkenal sejagat Manggarai Raya adalah tentang si Pondik, Dongeng Tentang Empo Poti Mese dll). Tombo Tura “Dongeng” itu sendiri lahir dan diteruskan secara turun temurun yang biasanya diceritakan secara lisan.

            Namun salah satu kebiasaan menceritakan dongeng kepada anak sebelum tidur atau yang kita sebut di awal sebagai “Tombo Tura” makin hari makin ditinggalkan. Padahal dari kebiasaan ini (Tombo Tura) mampu mengasah kemapuan anak untuk berimajinasi, rasa empati, percaya diri, serta mendapat pesan moral dari cerita yang didengar dan tentunya akan memberikan dampak positif bagi tumbuh kembang sang anak. Akan tetapi, semakin maju sebuah peradaban beberapa kebiasaan pun makin ditinggalkan dengan digantikan teknologi yang dirasa lebih mudah, praktis dan berfariatif.

            Krefititas orang tua dalam merangkai cerita pun patut diacungkan jempol karena memilih cerita yang sangat kontekstual dengan kehidupan sehari-hari sehingga ketika diceritakan pasti akan sangat membekas pada ingatan sang anak/kita yang mendengarkannya.  Kita pun pasti memiliki memori masa kecil dimana orang tua lebih dominan menceritakan dongeng sebelum tidur. Jika dibandingkan dengan orang tua masa kini yang lebih dominan memberikan anak berupa gadget atau ponsel pintar dan membiarkan anak mengeksplor berbagai hal di dunia maya hingga kadang lupa dunia nyata akibat kecanduan yang diakibatkan oleh keseringan beraktivitas di duia maya. Sehingga menajdikan anak ataupun kita sebagai orang dewasa maupun sebagai orang tua sangatlah bergantung pada Gadget. Bberapa orang ketika Bangun pagi pasti hal yang dicari adalah hp dan kemanapun pasti selalu dibarengi dengan ponsel pintar. Tanpa kita sadari, ternyata kita candu.

            Kehadiran media sosial memberikan jarak yang sedikit mengurangi kedekatan antara anak dan orang tua.  Pada era tahun Sewaktu saya masih berumur dibawah 5 Tahun ke bawah (sekitar Tahun 2000 ke bawah), Kebiasaan Tombo Tura ini sangat gencar dilakukan oleh Orang Tua saya dengan menceritakan beragam kisah baik itu cerita rakyat ataupun cerita mengenai sejarah masa lampau yang sering diceritakan sebelum tidur pada malam hari karena memang pada masa itu, ingin menonton acara televisi saja terkadang sangatlah susah dikarenakan ketersediaan televisi (TV) pada masa itu sangatlah minim (hanya di beberapa rumah saja), sehingga pilihan lain yang dipilih adalah tidur lebih awal sehingga pada saat itulah orang tua memilih untuk bercerita dongeng pada anak-anaknya.

            Sebutan ponsel pintar memang sangatlah pas ketika kita bijak dalam penggunaannya, akan tetapi dikatakan ponsel bodoh jika sebagai penggunya kita tidak panfai untuk menyortir beberapa hal yang sesuai kebutuhan dan tingkat umur kita masing-masing. Hal yang boleh dikatakan sebagai kebodohan kita dalam menggunakan ponsel pintar adalah kurangnya pengawasan kita pada anak-anak dalam memilih  tontonan dan melakukan aksi pembiaran pada anak intinya “Ketika anak menangis ada Hp yang bisa dimainkan”, intinya anak tidak rewel lagi. Tanpa kita sadari, aksi pembiaran orang tua dengan kbaisaan seperti itu akan memudahkan anak terkontaminasi dengan hal-hal negative yang diakses pada jejaring dunia maya. Miris tapi inilah yang  sedang terjadi dan mungkin ketika membaca tulisan ini pun kita sedang membiarkan anak-anak kita bermain ponsel tanpa kita sortir tontonan yang sesuai tumbuh kembang sang anak.

Gambar: Ilustrasi Kebiasaan Orang Tua Saat Bersama Anak

            Pengaruh negatif lainnya yang disebabkan oleh teknologi adalah minimnya empati kita pada lawan bicara ketika sedang berbicara. Sambil bercerita pun terkadang saking kecanduan akibat dibiasakan menjadi hal yang tak terhindarkan yang menjadikan sebuah perbincangan menjadi kurang seru. Hal negatif yang disebabkan oleh teknologi dalam kaitanya dengan Tombo Tura yaitu tingkat kedekatan antara orang tua dan anak bisa dibilang kurang. Karena bukan menjadi hal baru jika kita menemukan orang tua asyik senyam-senyum sendiri ketika melihat postingan di Whatssap, Facebook maupun media sosial lainnya yang tentu menurangi waktu bersama sang buah hati sehingga faktor kedekatan emosional antara anak dan orang tua menjadi sangatlah kurang karena sibuk dengan kesibukannya masing-masing di dunia maya sementara aktivitas di dunia nyata sangatlah sepi alias garing.

            Teknologi memang memudahkan segala hal yang menunjang kehidupan kita sehari-hari baik dalam hal berkomunikasi maupun hal lain di segala lini kehidupan. Akan tetapi jika kita bijak dalam penggunaannya, maka teknologi tentu akan sangat jauh bermanfaat bagi kehidupan kita. Dan untuk anak-anak dalam kaitannya dengan Tombo Tura “ Dongeng” sebaiknya diberikan batasan waktu untuk anak bermain gadget, bermain dan belajar sehingga semua hal bia berjalan seirama sehingga meminimalisir aktivitas kita di dunia maya atau yang biasa disebut “Social Media Detox”. Apa itu social media detox ? Tunggu ulasan selanjutnya pada ulasan diwaktu mendatang. 

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca ulasan sederhana ini, semoga dengan membaca ulasan saya ini kita sedikit disadarkan untuk mekuangkan waktu bersama orang-orang terdekat kita sehingga keharmonisan dalam keidupan kita selaras dengan kenajuan sebuah peradaban yang cakap digital serta menjadikan kita sebagai pribadi yang bijak dalam menyikapi berbagai hal baik dalam menyikapi teknologi maupun bagaimana sikap kita memanfaatkan tekhnologi agar semuanya selaras.


Penulis: Karolus Maku. Redaksi InTim.


 

 

 

Komentar

  1. Mantap Ulasannya Ka'e... Semangat untuk karya selanjutnya. Salam literasi 🤝👏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sodara, salam literasi dan mari sebar energi positif dengan memberikan bacaan yang baik bagi khalayak ramai. Tabe.

      Hapus

Posting Komentar